Lakukan investasi terbaik dalam hidupmu
fair value · 20 million securities worldwide · 50 year history · 10 year estimates · leading business news

Mulai dari 2 €
Analyse
Profil
🇵🇭

Filipina Rasio Cadangan Kas

Harga saham

9,5 %
Perubanan +/-
+0 %
Perubahan %
+0 %

Nilai saat ini dari Rasio Cadangan Kas di Filipina adalah 9,5 %. Rasio Cadangan Kas di Filipina menurun menjadi 9,5 % pada 1/4/2024, setelah sebelumnya adalah 9,5 % pada 1/3/2024. Dari 1/5/1986 hingga 1/5/2024, rata-rata PDB di Filipina adalah 18,33 %. Nilai tertinggi sepanjang masa dicapai pada 1/12/1990 dengan 25,00 %, sedangkan nilai terendah tercatat pada 1/6/2023 dengan 9,50 %.

Sumber: Bangko Sentral ng Pilipinas

Rasio Cadangan Kas

  • 3 Tahun

  • 5 Tahun

  • 10 Tahun

  • 25 tahun

  • Max

Rasio cadangan tunai

Rasio Cadangan Kas Sejarah

TanggalNilai
1/4/20249,5 %
1/3/20249,5 %
1/2/20249,5 %
1/1/20249,5 %
1/12/20239,5 %
1/11/20239,5 %
1/10/20239,5 %
1/9/20239,5 %
1/8/20239,5 %
1/7/20239,5 %
1
2
3
4
5
...
46

Serupa dengan Makrokennzahlen untuk Rasio Cadangan Kas

NamaSaat iniSebelumnyaFrekuensi
🇵🇭
cadangan devisa
104,48 miliar USD103,4 miliar USDBulanan
🇵🇭
Jumlah Uang M0
2,036 Bio. PHP2,027 Bio. PHPBulanan
🇵🇭
Jumlah Uang M1
6,779 Bio. PHP6,809 Bio. PHPBulanan
🇵🇭
Jumlah Uang M2
16,805 Bio. PHP16,75 Bio. PHPBulanan
🇵🇭
Jumlah Uang M3
17,209 Bio. PHP17,19 Bio. PHPBulanan
🇵🇭
Kredit ke sektor swasta
10,212 Bio. PHP10,129 Bio. PHPBulanan
🇵🇭
Neraca Bank
1,103 Bio. PHP1,073 Bio. PHPBulanan
🇵🇭
Neraca Bank Sentral
7,564 Bio. PHP7,489 Bio. PHPBulanan
🇵🇭
Pinjaman kepada bank
344,917 miliar PHP315,457 miliar PHPBulanan
🇵🇭
Tingkat bunga kredit
7 %7 %Bulanan
🇵🇭
Tingkat suku bunga
6,5 %6,5 %frequency_daily
🇵🇭
Tingkat suku bunga deposito
6 %6 %Bulanan

Rasio Cadangan Kas adalah fraksi minimum tertentu dari total simpanan nasabah, yang harus dipegang oleh bank komersial sebagai cadangan baik dalam bentuk kas atau simpanan di bank sentral.

Apa itu Rasio Cadangan Kas

Cash Reserve Ratio (CRR) atau Rasio Cadangan Kas adalah salah satu instrumen kebijakan moneter yang sangat penting untuk pengendalian moneter serta stabilitas ekonomi di sebuah negara. CRR merujuk pada persentase tertentu dari total simpanan bank komersial yang harus disimpan dalam bentuk kas atau saldo di bank sentral. Di Indonesia, aturan mengenai CRR diatur oleh Bank Indonesia (BI). Fokus dari kebijakan ini adalah memastikan bahwa bank komersial memiliki cadangan kas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan likuiditas sekaligus menjaga stabilitas sistem keuangan. Kebijakan CRR memiliki beberapa tujuan utama. Pertama, CRR bertujuan untuk mengontrol jumlah uang yang beredar di masyarakat. Ketika Bank Indonesia ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, mereka dapat meningkatkan CRR, yang berarti bank-bank komersial harus menyimpan lebih banyak uang mereka di bank sentral dan memiliki lebih sedikit uang untuk dipinjamkan kepada masyarakat. Sebaliknya, jika Bank Indonesia ingin meningkatkan jumlah uang yang beredar, mereka dapat menurunkan CRR, memungkinkan bank-bank komersial untuk meminjamkan lebih banyak uang. Kedua, CRR bertujuan untuk memastikan bahwa bank memiliki cadangan likuiditas yang cukup. Bank senantiasa perlu menjaga keseimbangan antara keuntungan dan risiko. Dengan adanya CRR, bank diharuskan menyimpan sebagian dari dana mereka sebagai cadangan, yang akan menjadi penyangga likuiditas bagi bank tersebut. Hal ini membantu mencegah kebangkrutan bank serta melindungi semua stakeholder, mulai dari para deposan hingga para pemegang saham. Ketiga, CRR sebagai alat pengendalian inflasi. Salah satu aspek penting dalam stabilitas ekonomi adalah pengendalian inflasi. CRR dapat digunakan oleh Bank Indonesia sebagai alat tambahan untuk mengontrol inflasi. Misalnya, dalam situasi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat meningkatkan CRR untuk menyerap kelebihan uang dari sistem perbankan, sehingga mengurangi tekanan inflasi. Peranan CRR dalam pengaturan moneter juga memiliki implikasi yang luas bagi perekonomian. Dampak langsung dari perubahan CRR adalah pada sektor perbankan, namun efeknya merembet ke berbagai sektor ekonomi lainnya. Contohnya, peningkatan CRR dapat mempengaruhi suku bunga pinjaman. Ketika bank-bank harus menyimpan sebagian besar dana mereka sebagai cadangan, dana yang tersedia untuk pinjaman berkurang, sehingga menekan ketersediaan kredit dan bisa mengarah pada kenaikan suku bunga pinjaman. Implikasi ini bisa berpengaruh pada kegiatan ekonomi seperti investasi bisnis dan konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya akan berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi. Sebagai bagian dari alat kebijakan moneter, CRR juga digunakan dalam koordinasi kebijakan fiskal dan moneter. Koordinasi ini diperlukan guna memastikan bahwa kebijakan moneter (seperti pengaturan CRR) dan kebijakan fiskal (seperti pengelolaan anggaran negara) saling mendukung dalam mencapai tujuan makroekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, stabilitas harga, dan keseimbangan neraca pembayaran. Di luar fungsinya dalam pengaturan ekonomi makro, CRR juga terkait erat dengan standar dan regulasi internasional. Kebijakan CRR harus seimbang dengan kebutuhan lokal dan juga harus mempertimbangkan kondisi global. Dalam sistem perbankan global, standar minimum yang disarankan oleh Komite Basel misalnya, memberikan panduan yang harus diadopsi dan diadaptasi oleh masing-masing negara termasuk Indonesia dalam kebijakan CRR mereka. Ini menekankan pentingnya CRR sebagai bagian dari regulasi yang lintas batas negara, menjaga stabilitas sistem keuangan global. Pengelolaan CRR juga membutuhkan kemampuan analisis yang mumpuni. Analis ekonomi serta pembuat kebijakan di Bank Indonesia harus mampu membaca berbagai indikator ekonomi baik domestik maupun internasional. Ini meliputi tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, aliran modal, serta faktor eksternal lainnya seperti krisis ekonomi global atau perubahan harga komoditas utama di pasar internasional. Segala analisis ini digunakan untuk menentukan tingkat CRR yang optimal, mengikuti dinamika ekonomi yang terjadi. Pada akhirnya, implementasi kebijakan CRR harus disampaikan secara transparan dan disertai komunikasi yang efektif kepada seluruh stakeholder. Ini termasuk bank komersial, pelaku pasar, hingga masyarakat luas. Transparansi ini sangat penting untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil dapat dipahami dengan baik, sehingga tidak menimbulkan ketidakpastian yang malah bisa berujung pada ketidakstabilan ekonomi. Secara keseluruhan, Cash Reserve Ratio (CRR) adalah alat kebijakan moneter yang sangat penting untuk memastikan stabilitas dan keseimbangan ekonomi. Dengan memahami fungsi, tujuan, dan implikasinya, kita dapat melihat betapa pentingnya kebijakan ini dalam konteks pengelolaan makroekonomi secara keseluruhan. Sebagai bagian dari kebijakan Bank Indonesia, CRR adalah salah satu instrumen yang dipantau dan disesuaikan dengan sangat hati-hati agar dapat mendukung pencapaian tujuan-tujuan ekonomi yang lebih luas. Di eulerpool, kami terus memantau perkembangan makroekonomi termasuk kebijakan CRR, untuk memastikan bahwa para pengguna kami mendapatkan informasi yang akurat dan terkini.