Penangkapan Pendiri Telegram Durov di Prancis: Ketegangan Politik dan Kritik atas Pembatasan Kebebasan Berpendapat

Pavel Durov, pendiri aplikasi pesan Telegram yang bernilai miliaran, ditangkap di Prancis, yang menyebabkan ketegangan politik di Rusia dan internasional.

27/8/2024, 12.12
Eulerpool News 27 Agu 2024, 12.12

Here is the translation of the heading to Indonesian:

Pavel Durov, miliarder keturunan Rusia dan pendiri aplikasi pesan Telegram yang populer di seluruh dunia, ditangkap pada Sabtu malam di bandara Le Bourget di Paris. Penangkapan tersebut, yang terjadi setelah Durov tiba dari Azerbaijan, segera memicu ketegangan diplomatik antara Rusia dan Prancis dan mengundang kritik keras terhadap kebebasan berpendapat di Eropa.

Berdasarkan informasi dari tiga sumber anonim, termasuk dua petugas polisi Prancis dan satu sumber dari Rusia, Durov ditangkap di Prancis berdasarkan surat perintah penangkapan. Surat perintah tersebut dikatakan terkait dengan tuduhan bahwa Telegram melalui moderasi yang tidak memadai memungkinkan penyebaran kejahatan dan tidak cukup bekerja sama dengan pihak berwenang.

Telegram, yang berbasis di Dubai dan memiliki hampir satu miliar pengguna di seluruh dunia, membela Durov dalam pernyataan resmi. Perusahaan menekankan bahwa mereka mematuhi hukum Uni Eropa, termasuk Digital Services Act, dan bahwa Durov secara rutin bepergian ke Eropa. "Adalah absurd untuk mengklaim bahwa sebuah platform atau pemiliknya bisa bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut," demikian diungkapkan lebih lanjut.

Penangkapan Durov Menggemparkan Rusia. Politisi Rusia, termasuk Maria Butina yang menyebut Durov sebagai "tahanan politik" dan mantan Presiden Dmitri Medvedev menyuarakan kritik tajam. Medvedev menuduh Durov meremehkan risiko yang terkait dengan pelariannya dari Rusia.

Situasi juga diperburuk oleh reaksi kritis dari Elon Musk, pemilik X (sebelumnya Twitter), yang menanggapi penahanan itu dengan kata-kata: "Ini adalah tahun 2030 di Eropa dan Anda akan dieksekusi karena menyukai sebuah meme." Pernyataan ini menyoroti kekhawatiran yang semakin meningkat tentang pembatasan kebebasan berbicara di Eropa.

Durov, yang memiliki kewarganegaraan Prancis dan Uni Emirat Arab, mendirikan Telegram pada tahun 2014 setelah meninggalkan Rusia karena menolak menutup kelompok oposisi di platformnya sebelumnya, VKontakte. Sejak itu, Telegram memainkan peran penting dalam penyebaran informasi, terutama di Rusia dan Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Rusia secara resmi meminta Prancis untuk melindungi hak-hak Durov dan mengkritik penangkapannya dengan tajam. Pihak berwenang Prancis belum memberikan pernyataan resmi mengenai insiden tersebut.

Penangkapan Durov dapat berdampak luas pada ketegangan geopolitik dan diskusi tentang kebebasan berbicara di Eropa. Meskipun kontroversi, Telegram tetap menjadi salah satu platform media sosial yang paling umum digunakan dan berpengaruh di dunia.

Lakukan investasi terbaik dalam hidupmu
fair value · 20 million securities worldwide · 50 year history · 10 year estimates · leading business news

Mulai dari 2 €

Berita