Lakukan investasi terbaik dalam hidupmu

23,8 % Ø-Performance der Fair-Value-Strategie seit 2003
Mulai dari 2 €
Analyse
Profil
🇺🇸

Amerika Serikat Inflasi Makanan

Harga saham

2,8 %
Perubanan +/-
-0,2 %
Perubahan %
-6,90 %

Nilai saat ini dari Inflasi Makanan di Amerika Serikat adalah 2,8 %. Inflasi Makanan di Amerika Serikat turun menjadi 2,8 % pada 1/4/2025, setelah sebelumnya berada di angka 3 % pada 1/3/2025. Dari 1/1/1914 hingga 1/4/2025, rata-rata PDB di Amerika Serikat adalah 3,46 %. Nilai tertinggi sepanjang masa dicapai pada 1/5/1917 dengan 36,70 %, sementara nilai terendah tercatat pada 1/6/1921 dengan -34,30 %.

Sumber: U.S. Bureau of Labor Statistics

Inflasi Makanan

  • 3 Tahun

  • 5 Tahun

  • 10 Tahun

  • 25 tahun

  • Max

Inflasi bahan makanan

Inflasi Makanan Sejarah

TanggalNilai
1/4/20252,8 %
1/3/20253 %
1/2/20252,6 %
1/1/20252,5 %
1/12/20242,5 %
1/11/20242,4 %
1/10/20242,1 %
1/9/20242,3 %
1/8/20242,1 %
1/7/20242,2 %
1
2
3
4
5
...
109

Serupa dengan Makrokennzahlen untuk Inflasi Makanan

NamaSaat iniSebelumnyaFrekuensi
🇺🇸
CPI Inti
1,8 %1,8 %Bulanan
🇺🇸
CPI Transport
272,503 points270,061 pointsBulanan
🇺🇸
Deflator PDB
127,41 points126,26 pointsKuartal
🇺🇸
Ekspektasi inflasi
3,6 %3,6 %Bulanan
🇺🇸
Ekspektasi Inflasi Michigan Selama 5 Tahun
4,6 %4,4 %Bulanan
🇺🇸
Harga Ekspor
152,8 points152,6 pointsBulanan
🇺🇸
Harga Ekspor Bulan-ke-Bulan
0,1 %0,1 %Bulanan
🇺🇸
Harga Ekspor YoY
2 %2,6 %Bulanan
🇺🇸
Harga impor
141,8 points141,6 pointsBulanan
🇺🇸
Harga Impor Bulanan
0,1 %-0,4 %Bulanan
🇺🇸
Harga Impor YoY
0,1 %0,8 %Bulanan
🇺🇸
Harga Inti PCE QoQ
3,4 %2,6 %Kuartal
🇺🇸
Harga PCE QoQ
3,6 %2,4 %Kuartal
🇺🇸
Harga Produsen
147,677 points148,374 pointsBulanan
🇺🇸
Harga Produsen Inti
146,41 points147,061 pointsBulanan
🇺🇸
Indeks Harga Inti PCE
125,052 points125,017 pointsBulanan
🇺🇸
Indeks Harga Konsumen (CPI)
320,795 points319,799 pointsBulanan
🇺🇸
Indeks Harga Konsumen Inti
326,43 points325,659 pointsBulanan
🇺🇸
Indeks Harga Konsumen untuk Perumahan dan Biaya Tambahan
344,801 points343,512 pointsBulanan
🇺🇸
Indeks Harga Konsumen yang Disesuaikan Musiman
320,321 points319,615 pointsBulanan
🇺🇸
Indeks Harga PCE
125,732 points125,788 pointsBulanan
🇺🇸
Indeks Harga PCE Inti Bulanan
0 %0,4 %Bulanan
🇺🇸
Indeks Harga PCE Inti Perubahan Tahunan
2,6 %3 %Bulanan
🇺🇸
Indeks Harga PCE perubahan bulanan
0 %0,4 %Bulanan
🇺🇸
Indeks Harga PCE perubahan tahunan
2,3 %2,7 %Bulanan
🇺🇸
Indeks Harga Produsen Inti Bulanan (MoM)
-0,4 %0,4 %Bulanan
🇺🇸
Indeks Harga Produsen Inti YoY
3,1 %4 %Bulanan
🇺🇸
Inflasi Energi
-3,7 %-3,3 %Bulanan
🇺🇸
Inflasi Harga Produsen Bulanan (MoM)
-0,5 %0 %Bulanan
🇺🇸
Inflasi Jasa
3,7 %3,7 %Bulanan
🇺🇸
Inflasi Sewa
4 %4 %Bulanan
🇺🇸
Median-CPI
3,5 %3,5 %Bulanan
🇺🇸
Perubahan Harga Produsen
2,4 %3,4 %Bulanan
🇺🇸
PPI tanpa Makanan, Energi dan Jasa Perdagangan Bulanan
-0,1 %0,2 %Bulanan
🇺🇸
PPI tanpa Makanan, Energi dan Layanan Perdagangan YoY
2,9 %3,5 %Bulanan
🇺🇸
PPI tanpa Makanan, Energi, dan Layanan Perdagangan
135,406 points135,556 pointsBulanan
🇺🇸
Prospek Inflasi Michigan
7,3 %6,5 %Bulanan
🇺🇸
Rata-rata Terpangkas dari Indeks Harga Konsumen
3 %3 %Bulanan
🇺🇸
Tingkat inflasi
2,3 %2,4 %Bulanan
🇺🇸
Tingkat Inflasi Bulanan
0,2 %-0,1 %Bulanan
🇺🇸
Tingkat inflasi inti
2,8 %2,8 %Bulanan
🇺🇸
Tingkat Inflasi Inti Bulanan
0,2 %0,1 %Bulanan

Apa itu Inflasi Makanan

Inflasi makanan atau Food Inflation adalah fenomena ekonomi yang terjadi ketika harga makanan mengalami kenaikan secara signifikan dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Di Indonesia, seperti di banyak negara berkembang lainnya, inflasi makanan memiliki dampak yang sangat besar terhadap ekonomi masyarakat, terutama bagi kelompok berpenghasilan rendah yang menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk membeli kebutuhan pokok. Pentingnya memahami inflasi makanan di Indonesia tidak bisa dilebih-lebihkan. Inflasi makanan dapat memengaruhi daya beli konsumen, mengurangi tingkat kemakmuran, dan memperbesar kesenjangan ekonomi. Oleh karena itu, situs seperti eulerpool sangat penting, karena memberikan akses data makroekonomi yang terperinci dan terkini, memungkinkan analisis yang mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi makanan. Pertama, mari kita pertimbangkan penyebab inflasi makanan di Indonesia. Penyebab utama inflasi makanan biasanya meliputi faktor-faktor seperti kondisi cuaca, harga bahan bakar, biaya produksi, dan kebijakan pemerintahan. Misalnya, cuaca ekstrem seperti kekeringan atau banjir dapat merusak hasil panen, mengurangi pasokan makanan dan menyebabkan harga naik. Sementara itu, kenaikan harga bahan bakar dapat meningkatkan biaya transportasi dan produksi, yang pada akhirnya juga menyebabkan kenaikan harga makanan. Selain itu, di Indonesia, distribusi makanan yang masih relatif tidak efisien juga berperan dalam inflasi makanan. Infrastruktur yang kurang memadai, seperti jalan dan jembatan, serta sistem logistik yang lemah, dapat menyebabkan distribusi makanan menjadi lebih mahal dan tidak merata. Hal ini terutama terasa di daerah-daerah terpencil, di mana harga makanan dapat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di kota besar. Kebijakan pemerintah juga memegang peranan penting dalam inflasi makanan. Kebijakan tarif impor, subsidi, dan harga minimum dapat mempengaruhi harga makanan di pasaran. Misalnya, kebijakan pembatasan impor dapat mengurangi pasokan beberapa jenis makanan, yang kemudian meningkatkan harga. Di sisi lain, kebijakan subsidi bahan bakar atau pupuk dapat membantu menekan biaya produksi makanan dan mengurangi inflasi makanan. Dampak inflasi makanan terhadap masyarakat Indonesia sangat besar. Seperti yang disebutkan sebelumnya, kelompok berpenghasilan rendah adalah yang paling merasakan dampaknya, karena pengeluaran untuk makanan merupakan bagian terbesar dari anggaran rumah tangga mereka. Kenaikan harga makanan dapat mengurangi daya beli mereka, yang kemudian dapat mempengaruhi kualitas gizi dan kesehatan. Hal ini bisa berdampak pada penurunan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Inflasi makanan juga mempengaruhi stabilitas ekonomi regional dan nasional. Ketidakstabilan harga makanan dapat menyebabkan gejolak sosial dan politik, terutama jika masyarakat merasa bahwa pemerintah tidak mampu mengendalikan situasi. Di tingkat mikroekonomi, bisnis yang bergantung pada produk makanan juga dapat terdampak negatif, terutama jika mereka tidak mampu mengalihkan biaya kenaikan harga ke konsumen. Mengapa inflasi makanan perlu dipantau dengan seksama? Pengguna eulerpool mungkin bertanya-tanya mengapa data mengenai inflasi makanan begitu penting. Jawabannya terletak pada analisis dan pembuatan kebijakan. Data yang akurat dan up-to-date memungkinkan pengambil kebijakan untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi. Data ini juga penting bagi pelaku bisnis, investor, dan ekonom untuk merencanakan strategi mereka dan mengantisipasi perubahan di pasar. Dengan adanya data yang disusun dengan baik, seperti yang disediakan oleh eulerpool, berbagai pihak dapat menganalisis tren inflasi makanan dari waktu ke waktu. Analisis ini dapat mencakup identifikasi pola musiman, pengaruh variasi cuaca, dan dampak kebijakan pemerintah. Informasi ini sangat berharga untuk perencanaan jangka panjang dan pengambilan keputusan yang lebih tepat, baik di sektor publik maupun swasta. Dalam menghadapi inflasi makanan, berbagai strategi dapat diimplementasikan. Di tingkat kebijakan, stabilisasi harga dapat dicapai melalui diversifikasi sumber pasokan makanan, memperbaiki infrastruktur distribusi, dan mengembangkan teknologi pertanian yang lebih efisien. Sementara itu, di tingkat individu, masyarakat dapat didorong untuk mengadopsi cara hidup yang lebih hemat, seperti mengurangi pemborosan makanan dan menanam sendiri sebagian dari kebutuhan pokok. Secara keseluruhan, memahami dan memantau inflasi makanan adalah langkah penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Situs seperti eulerpool yang menyediakan data makroekonomi yang komprehensif memiliki peran kunci dalam menyediakan informasi yang diperlukan untuk analisis dan pengambilan keputusan. Inflasi makanan memang merupakan tantangan besar, namun dengan pendekatan yang tepat dan data yang akurat, Indonesia bisa menghadapinya dengan lebih baik.