Kecerdasan Buatan: Kekuatan Pendorong dalam Uji Klinis

Kecerdasan Buatan (AI) tetap menjadi alat yang esensial pada tahun 2024, yang dapat mempercepat uji klinis dan meningkatkan perawatan pasien. Kemampuannya untuk mengidentifikasi target penyakit baru dan menemukan obat inovatif telah terbukti. Langkah selanjutnya dalam penerapan AI adalah pengelolaan uji klinis. Salah satu aspek penting di mana AI dapat merevolusi uji klinis adalah otomatisasi perekrutan pasien, yang saat ini dianggap sebagai bagian yang paling memakan waktu dalam sebuah percobaan klinis. AI digunakan untuk menemukan kandidat yang sesuai dalam basis data pasien. Perusahaan farmasi terkemuka seperti Roche dan AstraZeneca sudah menggunakan model bahasa besar untuk menghasilkan kriteria inklusi yang dioptimalkan. Bidang penerapan AI penting lainnya adalah pengelolaan data studi. Hal ini semakin penting karena jumlah data poin yang dikumpulkan meningkat secara eksponensial seiring dengan meningkatnya kompleksitas studi. AI digunakan untuk menafsirkan data secara cerdas, membuat laporan analitis secara otomatis, dan bahkan memprediksi data poin yang hilang. Pemantauan data secara real-time memungkinkan identifikasi anomali dan masalah potensial secara efisien. Aplikasi ini hanyalah beberapa contoh bagaimana AI mengatasi tantangan jangka panjang dalam proses uji klinis. Menurut basis data uji klinis GlobalData, jumlah studi yang menggunakan teknologi AI juga meningkat pada tahun 2024, menjadikannya tahun rekor. Sudah banyak studi yang direncanakan untuk tahun 2025, menunjukkan adanya peningkatan lebih lanjut. Namun, terdapat kekhawatiran di kalangan pasien mengenai penggunaan AI dalam praktik medis. Sebuah survei terbaru oleh GlobalData terhadap 574 pasien dari berbagai negara menunjukkan bahwa kekurangan interaksi pribadi dan kemungkinan kesalahan medis menjadi perhatian utama. Pada saat yang sama, responden dalam survei tersebut mengakui bahwa penyediaan layanan kesehatan yang lebih cepat adalah keuntungan terbesar dari penerapan AI. Ini menunjukkan bahwa baik industri maupun populasi pasien sepakat: AI memiliki potensi untuk secara signifikan membentuk masa depan layanan kesehatan.