Lakukan investasi terbaik dalam hidupmu

Mulai dari 2 €
Analyse
Profil
🇯🇵

Jepang Tingkat Inflasi

Harga saham

2,5 %
Perubanan +/-
-0,5 %
Perubahan %
-18,18 %

Nilai saat ini dari Tingkat Inflasi di Jepang adalah 2,5 %. Tingkat Inflasi di Jepang menurun menjadi 2,5 % pada 1/9/2024, setelah sebelumnya 3 % pada 1/8/2024. Dari 1/1/1958 hingga 1/10/2024, rata-rata PDB di Jepang adalah 2,85 %. Rekor tertinggi sepanjang masa dicapai pada 1/2/1974 dengan 24,90 %, sementara nilai terendah tercatat pada 1/10/2009 dengan -2,50 %.

Sumber: Ministry of Internal Affairs & Communications

Tingkat Inflasi

  • 3 Tahun

  • 5 Tahun

  • 10 Tahun

  • 25 tahun

  • Max

Tingkat inflasi

Tingkat Inflasi Sejarah

TanggalNilai
1/9/20242,5 %
1/8/20243 %
1/7/20242,8 %
1/6/20242,8 %
1/5/20242,8 %
1/4/20242,5 %
1/3/20242,7 %
1/2/20242,8 %
1/1/20242,2 %
1/12/20232,6 %
1
2
3
4
5
...
62

Serupa dengan Makrokennzahlen untuk Tingkat Inflasi

NamaSaat iniSebelumnyaFrekuensi
🇯🇵
CPI Inti
2,1 %2,4 %Bulanan
🇯🇵
CPI Transport
97,7 points97,4 pointsBulanan
🇯🇵
Deflator PDB
106,4 points109 pointsKuartal
🇯🇵
Ekspektasi inflasi
2,4 %2,4 %Kuartal
🇯🇵
Harga Ekspor
140,2 points138,1 pointsBulanan
🇯🇵
Harga impor
166,9 points163,8 pointsBulanan
🇯🇵
Harga Produsen
121,2 points120,8 pointsBulanan
🇯🇵
Indeks Harga Konsumen (CPI)
108,1 points107,7 pointsBulanan
🇯🇵
Indeks Harga Konsumen Inti
107,5 points107,1 pointsBulanan
🇯🇵
Indeks Harga Konsumen Inti Tokyo
2,2 %1,8 %Bulanan
🇯🇵
Indeks Harga Konsumen Tokyo
2,3 %2,2 %Bulanan
🇯🇵
Indeks Harga Konsumen Tokyo tanpa Makanan dan Energi
1,5 %1,8 %Bulanan
🇯🇵
Indeks Harga Konsumen untuk Perumahan dan Biaya Tambahan
103,4 points103,2 pointsBulanan
🇯🇵
Inflasi bahan makanan
3,6 %4,1 %Bulanan
🇯🇵
Inflasi Barang
3,8 %3,9 %Bulanan
🇯🇵
Inflasi Harga Produsen Bulanan (MoM)
0,7 %0,5 %Bulanan
🇯🇵
Inflasi Jasa
1,5 %1,3 %Bulanan
🇯🇵
Inflasi Sewa
0,3 %0,3 %Bulanan
🇯🇵
Perubahan Harga Produsen
2,4 %1,1 %Bulanan
🇯🇵
Tingkat Inflasi Bulanan
0,5 %0,2 %Bulanan
🇯🇵
Tingkat inflasi inti
2,5 %2,2 %Bulanan

Di Jepang, kategori terpenting dalam indeks harga konsumen adalah Makanan (26 persen dari total bobot) dan Perumahan (21 persen). Transportasi dan komunikasi menyumbang 15 persen; Budaya dan rekreasi sebesar 9 persen; Bahan bakar, listrik, dan biaya air sebesar 7 persen; Barang dan jasa lainnya sebesar 6 persen; dan Perawatan medis sebesar 5 persen. Perabot dan peralatan rumah tangga, pakaian dan alas kaki, serta pendidikan menyumbang 10 persen sisanya dari total bobot.

Apa itu Tingkat Inflasi

Inflasi adalah salah satu indikator makroekonomi yang paling krusial dalam memahami kesehatan ekonomi suatu negara. Di situs kami, eulerpool, kami berkomitmen untuk menyediakan data ekonomi yang akurat dan terbaru, termasuk tingkat inflasi, untuk membantu pengguna membuat keputusan yang berdasarkan data dan analisis yang komprehensif. Inflasi menggambarkan kenaikan harga barang dan jasa secara umum di suatu perekonomian dalam periode waktu tertentu. Perubahan dalam tingkat inflasi mencerminkan perubahan daya beli mata uang, dan oleh karena itu, mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Inflasi yang stabil dan rendah dianggap ideal bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, karena memberikan kepastian harga kepada konsumen dan bisnis. Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menimbulkan berbagai masalah ekonomi. Pada dasarnya, inflasi disebabkan oleh dua faktor utama: permintaan yang berlebihan dan biaya produksi yang meningkat. Ketika permintaan agregat dalam perekonomian melebihi kapasitas produksi, harga-harga cenderung naik, yang dikenal sebagai inflasi permintaan. Sebaliknya, inflasi biaya terjadi ketika biaya produksi, seperti bahan baku atau upah pekerja, meningkat, dan produsen meneruskan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen. Pengukuran inflasi biasanya dilakukan dengan menggunakan indeks harga. Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebagai alat utama untuk mengukur tingkat inflasi. IHK mengukur perubahan harga dari sekelompok barang dan jasa yang sering dikonsumsi oleh rumah tangga. Selain itu, ada juga Indeks Harga Produsen (IHP) yang mengukur perubahan harga dari sisi produsen, dan meskipun kurang dikenal, indeks ini juga memberikan wawasan penting tentang tekanan inflasi dari sisi penawaran. Dalam analisis makroekonomi, inflasi sering kali dipandang dari dua perspektif utama: inflasi headline dan inflasi inti. Inflasi headline mencakup semua komponen dalam keranjang barang dan jasa, termasuk makanan dan energi yang harganya cenderung sangat fluktuatif. Sementara itu, inflasi inti mengecualikan makanan dan energi, memberikan gambaran yang lebih stabil tentang inflasi yang mendasarinya. Bank sentral, seperti Bank Indonesia (BI), memainkan peran penting dalam mengelola inflasi melalui kebijakan moneter. Salah satu alat utama yang digunakan adalah suku bunga acuan. Dengan menaikkan suku bunga, BI dapat mengurangi permintaan agregat dengan membuat pinjaman lebih mahal dan tabungan lebih menarik, yang pada gilirannya dapat menurunkan inflasi. Sebaliknya, penurunan suku bunga cenderung mendorong konsumsi dan investasi, yang dapat meningkatkan inflasi jika perekonomian beroperasi di dekat kapasitas penuh. Selain suku bunga, kebijakan fiskal yang diimplementasikan oleh pemerintah juga dapat mempengaruhi tingkat inflasi. Misalnya, peningkatan belanja pemerintah atau pengurangan pajak dapat meningkatkan permintaan agregat, yang dapat menyebabkan inflasi jika kapasitas produksi tidak dapat segera menyesuaikan. Oleh karena itu, koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter sangat penting dalam menjaga inflasi dalam batas yang diinginkan. Efek inflasi terhadap perekonomian sangat luas dan kompleks. Untuk konsumen, inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli, yang berarti mereka dapat membeli lebih sedikit barang dan jasa dengan jumlah uang yang sama. Ini terutama bermasalah bagi mereka yang berpendapatan tetap, seperti pensiunan. Bagi bisnis, inflasi dapat menimbulkan ketidakpastian biaya dan menyulitkan perencanaan investasi jangka panjang. Di sisi lain, dalam ekonomi yang melambat, inflasi yang moderat bisa membantu menggerakkan konsumsi dan investasi. Di tingkat global, inflasi di satu negara dapat memiliki dampak signifikan pada perdagangan internasional dan nilai tukar. Misalnya, inflasi yang lebih tinggi di Indonesia dibandingkan dengan mitra dagang utama dapat menyebabkan nilai tukar rupiah melemah, yang dapat membuat ekspor Indonesia lebih kompetitif, tetapi pada saat yang sama membuat impor lebih mahal, yang bisa memicu inflasi lebih lanjut. Memahami faktor yang mempengaruhi inflasi dan metode untuk mengontrolnya adalah penting bagi pembuat kebijakan, pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Di eulerpool, kami menyediakan analisis data inflasi yang mendalam, termasuk tren historis dan proyeksi masa depan, untuk membantu semua pihak mengambil keputusan yang lebih baik. Data yang kami tampilkan berasal dari sumber-sumber resmi dan terpercaya, sehingga pengguna dapat memiliki keyakinan bahwa informasi yang mereka terima akurat dan up-to-date. Untuk mempermudah pengguna, kami juga menyediakan visualisasi data yang intuitif, memungkinkan pengguna untuk melihat perubahan dalam tingkat inflasi secara langsung dan mendapatkan wawasan yang lebih dalam melalui grafik dan tabel yang informatif. Dengan fitur ini, pengguna dapat dengan mudah membandingkan tingkat inflasi antar periode waktu atau antara berbagai negara. Pada akhirnya, memahami inflasi dan dampaknya adalah kunci untuk mengelola tantangan ekonomi secara efektif. Di eulerpool, kami bangga menjadi sumber utama untuk data inflasi dan alat analisis makroekonomi lainnya, berkontribusi pada peningkatan literasi ekonomi dan pengambilan keputusan yang lebih baik di seluruh Indonesia. Dengan pelayanan dan data yang disediakan, kami berharap dapat membantu pengguna dalam menghadapi dinamika ekonomi yang terus berubah dan memastikan stabilitas ekonomi yang lebih baik untuk masa depan.