Technology

BYD dan skandal di Brasil: Ketika impian hijau bertemu dengan kenyataan keras

Wie ein weltweit führender Elektroautohersteller in einen Sumpf aus Vorwürfen zu Zwangsarbeit und unwürdigen Bedingungen gerät – und warum das nicht nur ein brasilianisches Problem ist

Eulerpool News 28 Des 2024, 07.48

Matahari bersinar pada impian cemerlang BYD akan masa depan yang lebih hijau – sampai Brasil campur tangan. Sebuah pengungkapan mengejutkan mengguncang fondasi sebuah proyek ambisius: Transformasi bekas pabrik Ford di Bahia menjadi fasilitas produksi mobil listrik oleh raksasa EV China, BYD, dibayangi tuduhan yang melampaui batas imajinasi. Kerja paksa, paspor disita, upah tertahan – dan itu dalam proyek yang seharusnya mendorong peralihan menuju dunia yang lebih berkelanjutan.

Dari Pembawa Harapan Menjadi Masalah

Inspektur tenaga kerja Brasil menemukan kondisi di lapangan yang mereka sebut sebagai "sangat merendahkan": tempat tinggal yang penuh sesak, tempat tidur tanpa kasur, kurangnya fasilitas sanitasi. Selain itu, jam kerja jauh melampaui batas yang wajar dan kondisi kerja berbahaya. 163 pekerja "diselamatkan" – sebuah kata yang lebih dikenal dari laporan tentang krisis kemanusiaan.

Jinjiang Construction, subkontraktor China dari BYD, menjadi pusat tuduhan. Menurut pihak berwenang, para pekerja dibawa ke Brasil dengan dalih palsu dan hingga 60 persen dari upah mereka ditahan. Lebih parah lagi: paspor mereka disita, tanda jelas adanya ketergantungan yang dipaksakan.

BYD sendiri merespons dengan cepat dan membatalkan kontrak dengan Jinjiang. Namun, pertanyaannya tetap: Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Seorang Raksasa Global di Atas Kaki Goyah

BYD bukanlah pemain kecil. Dengan dukungan dari Warren Buffett dan tujuan yang jelas untuk menantang Tesla, perusahaan tersebut mendominasi pasar kendaraan listrik China. Namun, dengan meningkatnya kehadiran global, tantangan baru pun muncul.

Ekspansi Brasil harus menjadi tonggak, tanda ambisi BYD di Amerika Latin. Presiden Luiz Inácio Lula da Silva secara pribadi merayakan proyek tersebut sebagai keberhasilan kebijakan ekonomi "hijau"-nya. Sekarang tidak hanya BYD, tetapi Lula sendiri menghadapi pertanyaan yang tidak menyenangkan. Dapatkah sebuah proyek yang dibangun dalam kondisi yang sangat dipertanyakan benar-benar dianggap berkelanjutan?

Siapa yang bertanggung jawab?

Tuduhan bertebaran. Jinjiang Construction menolak semua tuduhan dan menyebutnya sebagai kesalahpahaman budaya dan kesalahan terjemahan. BYD menegaskan "Nol Toleransi" terhadap pelanggaran hukum dan ingin memeriksa tindakan lain. Namun, apakah itu sudah cukup?

Bagi BYD, taruhannya lebih dari sekadar kehilangan citra. Tuduhan tersebut menyoroti sisi gelap globalisasi - dan bagaimana perusahaan mengawasi proyek ekspansi mereka. Pasar Brasil, wilayah kunci bagi rencana pertumbuhan internasional BYD, bisa dengan cepat menjadi titik lemah jika kepercayaan memudar.

Sebuah Pelajaran untuk Seluruh Industri

BYD bukan satu-satunya perusahaan Tiongkok yang mendorong ke pasar luar negeri. HSBC memperkirakan bahwa hingga tahun 2030 sekitar empat juta kendaraan listrik Tiongkok akan dijual di luar negeri setiap tahun — banyak di antaranya diproduksi di pabrik di luar Tiongkok. Pertumbuhannya mengesankan, tetapi skandal semacam itu dapat menghambat kemajuan.

Lakukan investasi terbaik dalam hidupmu

Mulai dari 2 €

Berita