Pemberontak Menjatuhkan Rezim Assad: Sebuah Era di Suriah Berakhir Secara Dramatis

Masa depan Suriah kini sedang dinegosiasikan ulang oleh aktor-aktor internasional dan regional. Pemberontakan telah menggulingkan Assad, namun jalan menuju stabilitas dan perdamaian tetap tidak pasti.

9/12/2024, 15.44
Eulerpool News 9 Des 2024, 15.44

Presiden Suriah Bashar al-Assad meninggalkan ibu kota Damaskus dan mengumumkan pengunduran dirinya setelah serangan mendadak oleh pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Ini dikonfirmasi oleh kementerian luar negeri Rusia pada hari Minggu. Kapitulasi spektakuler ini menandai akhir dari dinasti Assad yang telah berlangsung selama 50 tahun dan era penuh kekerasan dan penindasan.

Dalam dua belas hari, HTS dan kelompok sekutu mengguncang rezim Assad. Setelah merebut Aleppo, para pemberontak bergerak ke selatan dan mengambil alih Damaskus tanpa perlawanan berarti. Rusia, pendukung lama Assad, mengonfirmasi bahwa presiden telah meninggalkan negara tersebut. Assad diduga berada di Rusia atau Uni Emirat Arab.

Dalam pidato di televisi nasional Suriah, pemimpin HTS Abu Mohammad al-Jolani menyatakan: "Kota Damaskus bebas dari tiran Bashar al-Assad. Rakyat Suriah telah menang." Berita tersebut memicu sorak sorai di Damaskus, ribuan orang merayakan di jalanan. "Ini adalah momen bersejarah," kata seorang penduduk.

Pemerintah AS menyambut baik perkembangan tersebut dan menekankan perlunya transisi kekuasaan secara damai. Presiden-terpilih Donald Trump menulis di Truth Social: "Assad pergi, Rusia tidak ingin lagi melindunginya." Israel juga menyebutnya sebagai "hari bersejarah" dan mengaitkan peristiwa tersebut dengan keberhasilannya melawan Iran dan Hizbullah.

Namun, masa depan Suriah tetap tidak pasti. Kehilangan kekuasaan Assad meninggalkan negara yang terpecah-belah, yang dipengaruhi oleh faksi-faksi rival dan kepentingan internasional. Turki dan AS, keduanya dengan tujuan strategis di kawasan tersebut, menyatakan kekhawatiran mengenai pengendalian senjata dan kelompok ekstremis.

Kejatuhan Assad bukan hanya titik balik bagi Suriah, tetapi juga kekalahan strategis bagi Iran dan Rusia. Sementara Iran melihat "jembatan daratnya" ke Hizbullah dan akses ke Laut Tengah terancam, Rusia kehilangan tumpuan geopolitik sentral di Timur Tengah dengan kemungkinan penarikan dari pangkalan militer di Tartus dan Khmeimim.

Lakukan investasi terbaik dalam hidupmu

Mulai dari 2 €

Berita